SAHABAT : TENTANG CINTA, KISAH SEJATI DAN TRAGEDI
KEHIDUPAN
SINOPSIS
Sahabat adalah novel ke 4 Agnes
davonar.
Aku tidak pernah berpikir kalau
hidupku masih bisa bernafas setelah kecelakaan tabrakan mobil yang membuatku
koma selama 1 bulan lamanya. Istriku Angel berkata padaku, bahwa Tuhan masih
sangat mencintaiku sehingga ia memberikan aku satu kehidupan baru dalam
hidupku. Selama proses pemulihan aku hanya bisa duduk terbaring di kursi roda
untuk melakukan aktifitas, sebagai anak tunggal satu-satunya dalam keluargaku,
ayah dan ibu sangat mencintaiku.
Hidupku terlahir dengan kekayaan
berlimpah, istriku cantik dan sejak kecil aku terbiasa dimanjakan sebagai anak
orang kaya. Aku bersekolah di Australia saat lulus dari SMA dari Jakarta,
menjadi orang kaya tidak membuatku dapat memiliki sahabat karena sifatku yang
pendiam terlebih kata ibu sejak kecil aku mempunyai jantung yang lemah. Tidak
heran mereka selalu mencemaskan keadaanku yang tidak pernah aku pikirkan,
lucunya aku baru tau jantungku membusuk saat kecelakaan itu terjadi.
Aku duduk di teras rumahku yang
menghadap ke laut Jawa dan memilih tempat itu sebagai masa penyembuhan dan
rehabitasiku. Istriku sedang membuatkan aku segelas susu dan aku tanpa sengaja
melihat sebuah buku novel tergeletak di meja teras, mungkin saja istriku baru
membacanya dan menaruhnya disana. Aku membuka lembaran itu dan terselip sebuah
foto antara aku, istri dan seorang sahabat yang telah lupa dalam ingatanku
bernama Fernando.
Bukankah ini foto saat kami berada
di Australia, Fernando berkerja sebagai pelayan kafe dan saat itu aku, istriku
dan dia berfoto bersama saat berdiskusi. Istriku datang dan menghampiriku
sembari meletakkan segelas susu di meja.
“ Mengapa foto ini ada disini
sayang?” tanyaku
Istriku terkejut, mungkin karena ia takut gambar itu membuat aku teringat masa lalu.
“ Maaf aku tidak sengaja menemukan novel itu dari kiriman pos seseorang dan ketika membukanya terdapat foto kita semasa kuliah.”
Aku terdiam, istriku langsung seperti salah tingkah.
“ Ngomong-ngomong sekarang dimana Fernando, bukannya terakhir kita masih melihatnya saat bulan madu di Perth?”
Istriku terkejut, mungkin karena ia takut gambar itu membuat aku teringat masa lalu.
“ Maaf aku tidak sengaja menemukan novel itu dari kiriman pos seseorang dan ketika membukanya terdapat foto kita semasa kuliah.”
Aku terdiam, istriku langsung seperti salah tingkah.
“ Ngomong-ngomong sekarang dimana Fernando, bukannya terakhir kita masih melihatnya saat bulan madu di Perth?”
Istriku terdiam, suara telepon
tiba-tiba berdering dan dia langsung meminta izin untuk mengangkat. Aku hanya
bisa mengenang foto kenangan itu, Fernando adalah sahabat pertama yang menjadi
temanku saat aku nyaris mati karena kedinginan terserang hujan deras, ia bukan
laki-laki beruntung seperti hidupku. Bahkan untuk menyambung hidupnya ia harus
bekerja sebagai pelayan restoran, aku berterima kasih padanya karena berkatnya
aku masih bisa hidup sampai detik ini.
Berkatnya juga aku bisa mengenal
istri yang kucintai saat ini, persahabatan kami baik-baik saja hingga sebuah
tragedi terjadi dalam hidup kami. Suatu ketika semua orang mempergunjing aku di
kampus dan mengatakan aku seorang gay karena terlalu dekat dengan
Fernando. Terang saja aku marah, kami normal dan dekat karena dialah
satu-satunya sahabatku di Australia dan aku bahkan rela menghajar orang-orang
yag menjelek-jelekkan sahabatku itu. Tapi pertanyaan it u terus menghantuiku,
sebagian dari sahabatku memang pernah berbisik kalau sahabatku itu gaytapi
Angel tidak pernah mengatakan begitu walaupun mereka sudah mengenal sebelum
hadirnya aku.
Tapi hidup memang pahit, di mataku
sendiri Fernando berciuman dengan sesama pasangan gay-nya. Aku
hancur dan malu memiliki sahabat seperti dia, ada yang aneh ketika melihatnya
berbuat demikian. Sidney memang kota bebas bagi gay, tapi tidak
buat aku. Aku melupakan semua kebaikan yang pernah dia berikan padaku, jijik
rasanya aku melihat monster itu hidup bersamaku selama ini. Aku tau Fernando
melihatku memergokinnya saat itu, ia panik dan meminta maaf karena selama ini
tidak jujur dengan statusnya, hal terakhir yang kudengar dari mulutnya adalah
“ Aku mungkin gay, tapi
aku bukanlah monster yang ada disampingmu selama ini. Bagiku siapapun boleh
menganggap aku manusia hina tapi janganlah kau sahabatku, karena kaulah
satu-satunya sahabat dalam hidupku yang yatim piatu tanpa siapapun”
Aku tidak tergoda oleh kalimat itu
walau terasa menyedihkan, kutinggalkan Sidney saat itu juga dengan membawa
Angel pindah ke Perth. Aku tau Angel ingin menyarankan aku untuk menerima
kenyataan tapi hatiku membeku dan tidak sudi memiliki sahabat gay
dan menjijikkan seperti dia. Sejak saat itu aku tidak pernah melihatnya seperti
yang aku katakan sebelumnya kami kembali bertemu saat aku sedang berbulan madu
bersama istriku tepatnya 3 tahun setelah kami berpacaran di sebuah restoran
mewah ketika Fernando mulai menjadi koki di restorant itu.
Aku sadar ini saat terakhir aku
berjumpa dengannya, karena aku akan kembali ke Jakarta. Saran istriku padaku
untuk setidaknya mengucapkan kata perpisahan dengannya aku turuti, aku pun
mengundangnya minum kopi bersama sebagai sahabat lama walaupun di hatiku tidak
pernah mau memaafkan statusnya sebagai gay. Kami bicara seadanya
tentang hidup kami , dia mengucapkan selamat atas pernikahan kami. Dan kami pun
berpisah, ketika pulang aku tidak mengingat semuanya selain sebuah mobil
menabrakku dan aku pun koma hingga tidak sempat mengingat Fernando.
Istriku kembali, dengan wajah
sedikit senduh dia duduk di sampingku.
“ Sayang, sebenarnya apa yang kamu
pikirkan tentang foto itu”
“ Tidak ada selain pertanyaan ke mana Fernando saat ini?”
“ Tidak ada selain pertanyaan ke mana Fernando saat ini?”
Istriku menunduk sambil berkata “
Dia ada disini..”. Aku menjadi bingung,
“ Maksudmu apa?”
“ Fernando tidak akan pernah ada di dunia ini lagi, tapi dia akan selalu ada di sini, tepatnya di jantung yang kamu miliki saat ini.”
“ Aku tidak mengerti maksudmu?”
“ Maksudmu apa?”
“ Fernando tidak akan pernah ada di dunia ini lagi, tapi dia akan selalu ada di sini, tepatnya di jantung yang kamu miliki saat ini.”
“ Aku tidak mengerti maksudmu?”
Istriku menangis sambil bercerita,
di saat-saat terakhir usai kecelakaan terjadi. Orang yang membawaku ke rumah
sakit adalah Fernando, Dokter mengatakan bahwa jantungku sudah tidak berfungsi.
Aku hanya memiliki waktu sedikit untuk tetap hidup dan dokter menyarankan
Fernando mencari donor jantung. Istriku Angel begitu terkejut dengan berita
kecelakaan itu, ia menangis di samping Fernando. Tidak mungkin mencari jantung
yang tepat dalam waktu saat kondisi kritis seperti ini.
” Fernando, sebentar lagi Anthony
akan menjadi seorang ayah, aku tidak lagi sanggup hidup bila bayi dalam
kandunganku ini tidak memiliki ayah..” ujar Angel.
Fernando tersenyum dan berkata
“ Percayalah kalau Anthony ( namaku)
akan tetap hidup di samping kamu untuk selamanya”
Itulah kata-kata terakhir dari
istriku, Fernando mendekat pada dokter dan berkata ia mau mendonorkan
jantungnya padaku. Dokter terang saja menolak keinginan Fernado karena tidak
ada hukum yang mengizinkan orang sehat untuk berbuat demikian. Fernando tidak
putus asa, baginya hidupnya yang sebatang kara tidak akan memiliki masa depan
terlebih tak akan ada seorang pun yang peduli padanya. Ia dengar kalau hanya
orang yang sekarat boleh mendonorkan dirinya, sahabatku melakukan tindakan
bodoh.
Sesaat sebelum kematiannya ia
menelepon Dokter dan mengatakan bahwa seseorang donor yang bersedia
menyumbangkan jantungnya. Dokter bertanya siapa orang itu, dengan
tersenyum dibalik telepon Fernando berkata “ Saya menunggu anda di belakang
rumah sakit, jantung ini hanya bisa bertahan selama beberapa saat, saya mohon
dokter kemarilah dalam waktu 10 menit.” Dengan berani Fernando menabrakkan
dirinya pada sebuah truk yang lewat, dia mengorbankan dirinya untuk menjadi
donor dalam keadan sekarat.
Angel menerima kabar itu usai
operasiku berjalan lancar saat itu ia hendak bertanya sosok donor yang
menyumbangkan jantungnya dan berpikir untuk mengucapkan terima kasih pada
keluarga, dokter mengatakan sang donor adalah Fernando. Angel tidak mungkin
mengatakan kejadian itu padaku, ia hanya ingin menunggu saat yang tepat dan
saat inilah aku tau. Aku hanya bisa menangis di atas makam sahabatku. Entah
bertapa bodohnya aku tidak pernah mengerti arti sahabat dalam kehidupanku.
Kalau saja saat itu aku memaafkan apa yang terjadi mungkin tidak akan ada
penyesalan dalam hidupku.
“ Dia sahabat yang tidak hanya menolong
hidupku satu kali tapi dua kali, bukanlah dia yang seharusnya meminta maaf tapi
akulah yang meminta maaf tidak pernah mengerti bertapa dia adalah sahabat
sejati dalam hidupku, aku terlalu egois mengatakan bahwa dia gay
dan dia adalah petaka dalam hidupku. Mungkin kata dia terakhir padaku tidak
akan pernah terlupa dalam ingatanku, ia memang gay tapi ia bukanlah
monster yang akan mencintai sahabatnya sendiri.”
Aku tidak akan pernah melupakan hal
ini, walaupun hidupku berjalan dengan waktu, semoga kisahku tidak membuat
kalian menjadi seperti aku. Ingatlah sahabat itu hadir dalam hidup kita tanpa
pernah kita sadari bahwa sejatinya tidak ada manusia yang sempurna dalam hidup
ini. anakku terlahir beberapa bulan kemudian dan untuk mengenang sahabatku,
keberikan nama Fernando padanya.
Gay, lesbi , pria buta, wanita bisu mereka adalah manusia yang
memiliki hati untuk mencintai dan kasih dalam persahabatan. Setidaknya kita
menyadari saat ini sebelum terlambat.
True story ini pernah dimuat di Kompas.
masih ada novelnya ga ? saya mau beli
BalasHapus