Narayan gelisah di atas tempat
tidurnya. matanya terpejam tapi dia belum tertidur sama sekali.
kadan kadang dia menghela nafas
panjang, karena pikirannya sudah terfokus untuk esok hari.
apapun yang akan terjadi besok
disekolah adalah hal yang baru untuknya.
---
Tiga hari yang lalu saat sepulang
sekolah, di samping kelas XII IPS 2.
Narayan menyatakan cinta.
cinta polos pertamanya kepada Elda.
Tak tergambarkan bagaimana keadaan
Narayan hari itu.
Dia biasa berlari pagi sejauh Lima
kilometer, tapi tak pernah sulit bernafas seperti ini.
badannya gemetar dan begitupun
suaranya.
padahal dia sering mewakili kelasnya
berpidato di depan anggota osis, dewan guru dan wali murid yang jumlahnya
ratusan.
meski sudah mempersiapkan diri hampir
setahun, semuanya terlihat kacau.
dan reaksi balik dari Elda
membuatnya hampir pingsan ditempat.
Elda sangat tenang berbeda dengan
Aryan.
Elda memeluk buku di tangannya, dan
memasang senyum termanis.
sebelum berkata apapun dia menatap
lembut mata aryan beberapa menit.
Dan menit-menit yang hening itu
merupakan detik-detik terlama untuk aryan.
"Aryan..." elda memulai
kalimatnya. aryan hampir terjengkang karena lemas.
"ya...El," jawabnya sok
tenang, meski tangannya dari tadi keringat dingin.
"aku perlu berpikir...beri aku
tiga hari..." Elda memberikan senyumnya lagi.
"baiklah..." Lalu aryan
pulang dengan mengutuk dirinya sendiri.
Dalam perjalanan pulang hari itu
kata-kata Fikri menghantui kepalanya.
Fikri adalah teman baik Aryan, dan
sekaligus lelaki yang amat beruntung di mata aryan.
pacar dan mantan Fikri banyak.
berbanding terbalik dengan aryan yang baru jatuh cinta dua tahun terakhir.
dan karena itulah Fikri adalah guru
besar Aryan selama dua tahun terakhir.
"Woi kawan, jika nanti dia
minta waktu buat berpikir, kau berilah dia waktu. Tapi pulanglah dengan lapang
dada jangan terlalu mengaharap lagi.
karena itu artinya kau telah ditolak
kawan."
"kok bisa?" tanya aryan
polos.
"menurut gurumu ini, wanita itu
suka membuat orang yang menyukainya menderita dulu, hahaha"
lalu Fikri menutup pelajaran hari
itu, meninggalkan bon bakso dan es teh seperti biasanya kepada aryan.
Dan pendapat fikri ternyata benar.
hampir dua tahun aryan menunjukkan
tanda-tanda dia suka kepada elda.
Hampir satu tahun dia belajar mencari
momen dan kata-kata yang pas untuk mengungkapkannya.
setelah hampir jatuh karena gugup
masih saja wanita pujaannya menunggu 3 hari untuk melengkapi penderitaannya.
dan menurut fikri jawaban yang akan
diberikan elda 3 hari nanti hanyalah satu kata "tidak".
wanita ternyata kadang-kadang bisa
juga menjadi kejam.
----
Hari ini Aryan datang terlambat. dia
bangun kesiangan karena semalam jam empat pagi baru tertidur. itupun bukan
tidur yang dia inginkan.
bisa dikatakan aryan pingsan karena
kelelahan. karena tiba-tiba saja dia jatuh tertidur dilantai saat sedang
merapikan sprei kasurnya yang berantakan karena dia terlalu kasak-kusuk.
Langkahkahnya goyah, dan wajahnya
pucat seharian.
pelajaran apa saja yang dia ajarkan
gurunya sama sekali tak masuk dikepalanya.
padahal Fikri sudah mencoba sekuat
cara menghiburnya.
fikri membuat lelucon terus menerus.
lalu menuliskan nomor hp cewek
jomblo nan cantik di buku catatan aryan.
aryan bergeming.
"Tenang dong, siapa tau kau
diterimanya." goda fikri.
Senyum aryan mengembang, lalu dia
mencerna kembali kata-kata fikri "siapa tahu?"...
itu artinya 50-50...
kebalikan dari diterima
adalah..."DITOLAK".... senyum aryan yang tadi sekejap berubah rata.
Bel terakhir berbunyi, lautan putih
abu-abu berhamburan pulang.
aryan berjalan pelan menuju tempat
penembakan kemarin.
disana Elda sudah berdiri menunggu
dan dia memberikan senyum termanis seperti biasanya.
"Hai, el..." sapa aryan
lemah.
"aryan... kamu kok keliatan
sakit?" elda menatap wajah aryan dari dekat.
"emh, kemaren lupa makan"
jawab aryan malas.
"ugh, jangan gitu dong..."
elda menyadari dia berdiri terlalu dekat dengan aryan. aryan pun ikut mundur.
"tentang kemarin..." aryan
dan elda ngomong bersamaan. lalu mereka tertawa kecil.
"aku nggak bisa yan..."
jawab elda pelan. Aryan hampir rubuh meski telah matang mempersiapkan diri.
"ya...aku ngerti" jawab
aryan cepat.
"ngerti?" tanya Elda
menggoda.
"yah, aku juga dah siap kok
apapun jawaban kamu... meski sakit" kata aryan memegang dadanya.
elda langsung memegang tangan itu.
aryan yang tertunduk menatap wajah elda dengan sisa tenaganya.
"aku kan belum selesai ngomong.
aku nggak bisa yan, nggak bisa nolak kamu" Elda tersenyum dan menenangkan
tangan aryan yang dingin.
Aryan hampir menangis karena
bahagia, inilah rasa bahagia yang tak pernah dirasakannya.
mereka berdua berpegangan tangan
dalam waktu yang lama.
dan saat berpisah dijalanan mereka
mengucapkan janji-janji manis untuk esok.
saat kejauhan pun mereka masih
saling menoleh dan saling tersenyum.
Lalu hari ini aryan pulang dengan
perasaan bahagia.
meski tubuhnya semakin lemah karna
sakit, tapi sepeda itu mampu di pacunya secepat mungkin.
di dalam pikirannya tak mampu di
lepasnya bayang senyum Elda.
dia memejamkan matanya sesaat untuk
mengingat kembali saat-saat tadi.
dan tanpa sadar sebuah truk yang
remnya rusak mendekatinya dari arah belakang.
suara klakson mobil itu
meraung-raung, tapi aryan dan sepedanya terlalu berada di pertengahan jalan.